Asal Muasal Kate Betawi
Lenggang Betawi :
Asal-muasal Kata BetawiHINGGA kini tidak ada yang mengetahui persis asal muasal lahirnya kata Betawi. Padahal, kata Betawi apalagi di Ibu kota Jakarta sudah sangat tersohor. Bahkan telah menjadi nama sebuah suku-bangsa yang disebut-sebut sebagai golongan penduduk asli kota Jakarta, sebuah kota yang lahir dari sebuah codetan sungai. Dari Betawi inilah lahir tokoh yang banyak dikenal orang.
Ada Benyamin Suaeb yang dikenal sebagai penghibur tulen dengan aksi lawakannya. Ada juga Firman Muntacho dengan ceritera humor berciri khas Betawi. Jenderal pun ada yakni Letjen (Purn) HM Sanif. Kalangan akademikus juga ada yaitu Prof Dr MK Tadjudin. Di dunia perbankan juga muncul Abdullah Ali dengan BCA-nya. Ini hanya contoh, masih banyak lagi di DPRD, DPR dll.
Banyak versi tentang asal-muasal lahirnya kata Betawi. Salah satunya menyebutkan bahwa kata Betawi muncul secara tiba-tiba ketika terjadi peperangan antara serdadu Kumpeni Belanda dengan balatentara Mataram. Ketika itu memang Kerajaan Mataram sangat benci dengan kehadiran Kumpeni Belanda yang ngotot untuk diberi izin mendirikan sebuah kantor perwakilan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) – Persekutuan Dagang Hindia Timur.Toh akhirnya memang VOC berhasil mendirikan kantor di kota Batavia. Tak hanya itu sebab VOC juga ikut membangun benteng pertahanan untuk menghadapi serangan balatentara Mataram yang dikenal sangat gigih dalam berperang. Nah dalam sebuah pernyerbuan balatentara Mataram ke Batavia, konon pihak Kumpeni Belanda yang bertahan di benteng mulai kehabisan peluru dan benteng Belanda hampir dapat direbut oleh balatentara Mataram yang pantang menyerah itu.
Entah tiba-tiba saja pihak Kumpeni Belanda mengisi meriam-meriamnya dengan kotoran manusia ( maaf!) dan menembakkannya ke arah pasukan-pasukan Mataram. Mungkin karena kesaktian serdadu Mataram kabarnya akan luntur jika dikenai kotoran manusia atau memang lantaran baunya yang begitu menusuk hidung maka balatentara Mataram yang tidak tahan bau itu pun kucar-kacir alias ambil langkah seribu sambil berteriak, ”Mambet tahi! Mambet tahi!” (Bau tahu!). Dari teriak-teriakan itulah kemudian lahir nama Betawi.Dan, kisah serangan dengan menggunakan kotoran manusia tersebut sehingga melahirkan nama Betawi yang kondang sampai sekarang ini juga terdapat dalam dongeng-dongeng tradisional Jawa seperti Babad Tanah Jawi dan sebangsanya. Bahkan, dalam kitab Serat Baron Sakender disebutkan bahwa kota Batavia yang dapat dibagi menjadi dua yakni Kota Tahi dan Kota Intan. Kabarnya nama ‘Betawi’ juga berasal dari kata ‘Batavia’. Kata ‘Batavia’ sendiri berasal dari kata ‘Batavieren’.
Dan, Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen sendiri sebenarnya juga tidak menyukai nama ‘Batavia’ bagi kota yang berhasil direbutnya dari sebelumnya bernama kota Jayakarta atau Jacatra. Coen lebih menyukai kota itu dinamakan ‘Niew Hoorn’ mirip dengan kota kelahiran Jan Pieterszoon Coen di kota Hoorn, Negeri Belanda. Namun lepas dari benar atau tidaknya asal-muasal nama atau kata Betawi, hingga kini Betawi tetap menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari Ibu kota Jakarta tercinta. Sayangnya, hingga kini belum ada orang Betawi yang memimpin Jakarta sebagai gubernur. Kalu pernah, hanya sampai wakil gubernur. Makanya ketika Bamus Betawi mengelar acara halal bi halal pada hari Minggu (20/1) sekaligus memberikan gelar Mpok dan bang kepada Mega dan Taufik mengusulkan agar ke depan Gubernur Jakarta dipegang oleh orang Betawi aseli (maksudnya asli alias tulen Betawi).
0 komentar:
Post a Comment