Jenis kedok atau topeng yang dipergunakan dalam pementasan Topeng Betawi. Di dalam pertunjukan topeng Jantuk si pemakai topeng berperan sebagai Pak (Bapak) Jantuk dan berhadapan dengan Mak (Mamak) Jantuk yang tidak memakai topeng, serta dengan mertua laki-lakinya yang merangkap menjadi niyaga (panjak) kendang. Dialognya berbentuk pantun Betawi dan dinyanyikan secara khas. Ceritanya berkisar pada hubungan suami isteri yang menghadapi tantangan hidup berkeluarga. Tokoh tersebut muncul sebagai cerita paling akhir dalam Topeng Betawi atau menjelang pagi hari, sekitar jam 04.00-05.00. Bapak Jantuk biasanya menggunakan kain ikat kepala (ikat), jas, celana pangsi, sarung, kedok dan tongkat. Mamak jantuk memakai kerudung sebagai penutup kepala, baju kebaya, kain panjang (batik).
Tokoh yang tampil dalam bagian ini sebanyak empat jenis tokoh yakni, Bapak Jantuk, Mak Jantuk, Mertua Jantuk dan seorang bayi. Bayi ini bukan manusia sesungguhnya, tetapi berupa anak-anak dari kayu atau bantal kecil. Terkadang muncul pemain tambahan yang diambil dari pemain musik (penabuh) yang berperan sebagai tetangga atau dukun pelet, yang biasanya mendamaikan anggota rumah tangga yang sedang dalam kemelut. Cerita Pak Jantuk mengungkap persoalan yang terjadi dalam suatu rumah tangga. Pak Jantuk menyesali perceraian dengan istrinya yang disebabkan lauk ikan pedas kesukaannya di makan oleh kucing. Akhirnya keluarga itu rujuk dan berkumpul kembali.
Tokoh Bapak Jantuk adalah seorang laki-laki yang memakai kedok. Kedok itu bermata sipit, kening menonjol ke depan dan pipinya tembem. Diperkirakan karena kening yang menonjol ke depan itulah yang diartikan dengan "jantuk". Bapak Jantuk juga memakai ikat kepala, baju terusan dengan celana yang kadang-kadang serba hitam. Tokoh ini selalu menggambarkan kesedihan, polos atau lugu. Jalannya agak membungkuk yang menggambarkan orang tua dan selalu memakai tongkat. Mertua jantuk tidak memakai kedok dan bajunya bebas. Mamak jantuk memakai kebaya dan kain panjang atau kain batik. Pemunculan Bapak jantuk juga diiringi dengan musik
Tokoh yang tampil dalam bagian ini sebanyak empat jenis tokoh yakni, Bapak Jantuk, Mak Jantuk, Mertua Jantuk dan seorang bayi. Bayi ini bukan manusia sesungguhnya, tetapi berupa anak-anak dari kayu atau bantal kecil. Terkadang muncul pemain tambahan yang diambil dari pemain musik (penabuh) yang berperan sebagai tetangga atau dukun pelet, yang biasanya mendamaikan anggota rumah tangga yang sedang dalam kemelut. Cerita Pak Jantuk mengungkap persoalan yang terjadi dalam suatu rumah tangga. Pak Jantuk menyesali perceraian dengan istrinya yang disebabkan lauk ikan pedas kesukaannya di makan oleh kucing. Akhirnya keluarga itu rujuk dan berkumpul kembali.
Tokoh Bapak Jantuk adalah seorang laki-laki yang memakai kedok. Kedok itu bermata sipit, kening menonjol ke depan dan pipinya tembem. Diperkirakan karena kening yang menonjol ke depan itulah yang diartikan dengan "jantuk". Bapak Jantuk juga memakai ikat kepala, baju terusan dengan celana yang kadang-kadang serba hitam. Tokoh ini selalu menggambarkan kesedihan, polos atau lugu. Jalannya agak membungkuk yang menggambarkan orang tua dan selalu memakai tongkat. Mertua jantuk tidak memakai kedok dan bajunya bebas. Mamak jantuk memakai kebaya dan kain panjang atau kain batik. Pemunculan Bapak jantuk juga diiringi dengan musik
0 komentar:
Post a Comment