Permainan Anak-anak Betawi Terancam Punah
Permainan anak-anak Betawi pada hakekatnya tidak
banyak berbeda dengan permainan anak-anak dari daerah-daerah lain di
Indonesia, terutama dengan permainan anak-anak di Jawa. Anehnya
kesamaan ini bukan dengan permainan anak-anak Priangan, padahal
wilayahnya lebih dekat, bahkan berbatasan dengan Betawi. Hal ini
kemungkinan besar karena banyak suku Jawa yang terdampar di pinggiran
Betawi-yaitu prajurit-prajurit Sultan Agung Mataram yang menyerang
Batavia pada antara tahun 1613-1645.
Beberapa macam permainan
anak-anak Betawi tersebut, perbedaannya hanya pada nama dan nyayiannya
saja, sedangkan esensinya sama. Misalnya nyanyian anak-anak Jawa
“Cublak-Cublak Suweng”, di Betawi juga ada yaitu “Cublak-Cublak uang”.
Kelebihan
permaianan anak-anak Betawi mungkin pada jumlahnya yang kaya
Diperkirakan ada sekitar 40 macam. Ini dapat dimengerti lantaran etnis
Betawi terbentuk oleh perpaduan berbagai etnis. Setiap etnis mungkin
memberikan sumbangan ide dan pola permainan anak-anak dari daerahnya
masing-masing.
Mengapa punah?
Permainan anak-anak Betawi
dewasa ini makin punah. Faktor penyebab kepunahannya sama dengan
penyebab kepunahan unsur-unsur Budaya Betawi lainnya, yaitu pengaruh
kota besar yang terus-menerus dilanda pembangunan yang pesat dan
masuknya moderisasi di sengala bidang kehidupan, baik fisik maupun alam
pikiran. Lenyapnya tanah-tanah kosong tempat anak-anak bermain, serta
hadirnya sarana hiburan yang ditunjang teknologi modern seperti Play
Stastion, Sega, VCD,DVD, dan komputer serta televisi, telah mengurangi
minat anak-anak untuk bermain secara tradisioanal. Padahal keindahan
dan kenikmatan melakukan permainan tranisioanal, relatif tidak kalah
dari sarana hiburan mutakhir.
Pendidikan dan falsafah
Didalam beberapa jenis permainan anak-anak Betawi, jika di simak lebih
teliti, sesungguhnya banyak mengandung aspek pendidikan dan falsafah
hidup.
Misalnya permainan Petak Torti. Permainan mencari teman
yang bersembunyi ini biasanya dilakukan malam hari. Padahal kota
jakarta pada waktu dulu tidak seterang sekarang. Masih banyak yang sepi
dan gelap. Banyak pula pepohonan yang rimbun dan semak-semak. Bererapa
tempat bahkan di bilang tempat yang angker alias banyak setannya.
Disini jelas maksudnya, bahwa anak-anak Betawi yang bermain Petak Torti,
otomatis diajar menjadi orang yang pemberani. Sifat berani penting bagi
kehidupan Betawi yang lokasi etnisnya setiap hari berhadapan dengan
penjajah, pemeras, lintah darat, penjahat, yang terdiri dari tuan-tuan
tanah dan kaki tangannya itulah seba, “Besile di rume ngaji Qur’an.
Turun ke pelantaran maen pukulan”
Ada lagi permainan Tok Tok Pintu Atau Gali Gali ubi. Permainan ini jelas melambangkan agar anak
Betawi hendaknya bermurah hati. harta-benda kepada yang membutuhkan,
Apabila kita telah merasa cukup dan berlatih. Permainan ini ada
dialognya yang khas, sebagai berikut:
Tok-tok-tok buka pintu!
Siape?
Nenek Gerondong
Minta ape? bedaon atu
Minta ubi
Ubinye baru
Nenek
Gerondong mengulang lagi permintaannya setelah ia berjalan memutar.
Jawabannya yang diterima sudah berubah menjadi “Bedaon tiga”. Barulah
ubi boleh diminta. Itu berarti ubi sudah berdaun cukup, sudah besar dan
masak. Sehingga boleh diminta orang lain. Maka berikanlah, jangan
kikir. Disini, ubi melambangkan harta-benda.
Macam-macam Permainan
Dari
sekian banyak bentuk permainan anak-anak Betawi yang amat spesifik,
terutama karena ada nyayiannya, dapatlah disebutkan disisi sebagai
berikut:
1. Deng-Ndengan
Dimainkan oleh laki-laki atau
perempuan, usia 11 tahun ke bawah. Tiga anak berpegangan tangan sambil
direntangkan. Kemudian mereka berjalan berbarengan sambil bernyanyi:
Deng-ndengan, sirih tampi berduri-duri
Mandi kembang, kembang melati
Bok breoook… !
Ketika menyanyikan kata terakhir “bok breoook”, anak-anak itu berjongkok serempak. Dan begitu seterusnya berulang-ulang.
2. Wak-wak Gung
Dimainkan
oleh anak perempuan dan laki-laki. Dua anak berdiri berpenggangan
tangan membuat lorong. Anak-anak yang lain berjalan berputar membentuk
barisan seperti ular, kemudian memasuki lorong satu persatu. Giliran
anak yang terakhir, anak itu di kurung di dalam lorong. Dan begitu
seterusnya, sambil mereka bernyanyi-nyanyi:
Wak-wak Gung, nasinye nasi jagung,
Lalapnye lalap utan,
Sarang gaok di pu’un jagung, gang-ging-gung!
Pit-alaipit, kuda lari kejepit… sipit!
Disambung dengan nyanyian lain:
Tamtam buku, seleret daon delime,
Pate lembing, pate paku, tarik belimbing, tangkep Satu
Kosong-kosong-kosong! Isi-isi-isi….!
3. Ciblak-ciblak Uang
Seorang
anak membungkukkan Anak-anak lain menaruh tangannya yang dikepalkan di
pungung anak tadi. Di dalam genggaman salah seorang anak ada sebuah
batu kecil. Anak yang membungkukkan badan itulah yang harus menebak,
anak mana yang memengang batu.
Sambil bermain mereka bernyanyi:
Ciblak-ciblak uangnye manggulenteng,
Ambu tata, ambu titi, ketulung bung-bung,
Bok Eran, Bok Eran, si anu mau kawin,
Potong kerbo pendek, potong kerbo tinggi,
Gamelan jegar-jegur.
Ta-em-em, ta-em-em
Kereta-keritu, siape yang pegang batu?
Di depan pintu dipunggut mantu.
Kalau tebakannya tepat, maka anak yang memegang batu harus ganti membungkuk.
4. Ci-ci Puteri
Tangan
terkepal, jempol diacungkan ke atas. Lalu tangan-tangan itu disusun
saling tindih. Tangan yang di atas memegang jembol tangan yang di
bawah, sambil bernyanyi:
Ci-ci puteri, tembako lime kati
Mak None, Mak None, si Siti mau kembang ape?
Siti menjawab: Mau kembang duren!
Pulang-pulang babenye keren!
Kalau Siti bilang kembang terompet, maka anak-anak yang lain akan berseru,”Pulang-pulang babenye ngepet!”
Jadi harus ada persamaan bunyi pada suku kata terakhir.
Aneka Macam Main Petak
Main
petak ada bermacam-macam. Yang penting lawan harus dikenai. Kena dalam
arti”terlihat” atau betul-betul tersentuh.Ada lima macam main petak, di
antaranya:
1. Petak Torti
Ada nyanyiannya yang khas: Torti! Sambel godok ayam puti, cewek montok bau terasi
2. Petak Umpet
3. Petak inggo
Inggo artinya titik awal atau pos. Anak-anak yang dikejar akan terbebas dari kejaran kalau mereka sudah tiba di titik inggo.
4. Petak Jongkok
Anak-anak yang dikejar akan terbebas dari kejaran, kalau mereka segera berjongkok.
Dan
ada banyak lagi permainan lainnya semisal: Pletokan, gundu, tombok,
ketok kadal, congklak, galah asin, jangkungan, sumpritan atau
jumparing, jepretan, main karet, dampu, gangsing, bentengan,
landar-lundur, bekel, olelio, rage, serta beberapa lagi yang belum
tercatat.
Bagaimanapun juga, permainan anak-anak tersebut perlu
digalakkan kembali kendati jaman telah berubah. Perlu diingat perubahan
itu harus memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Untuk itu,
unsur budaya – dalam hal ini permainan anak-anak haruslah pula
digalakkan dan disebarluaskan karena apat membantu manusia mencapai
peradaban yang lebih manusiawi, yang memiliki etika yang baik.
0 komentar:
Post a Comment